"Berbahagialah kita yang memiliki "anak meninggal dunia" yang masih "bayi" atau "sebelum baligh".
Bagi para orang tua beriman yang mengalami "anak"nya yang "belum baligh" sudah "meninggal dunia" sebaiknya jangan bersedih hati karena akan jadi tameng yang akan bisa menolong orang tuanya untuk "masuk surga". Semoga para orang tua gembira dengan hal ini.
Saya sendiri mengalami hal ini. "Anak" pertama saya (Isa Anja Asmara Bungin), "meninggal dunia" pada usia lima hari. Siapa yang tidak bersedih ditinggal oleh buah hatinya, namun tidak boleh berlarut-larut. Kita harus sabar dan ikhlas menerima takdirNYA. Innalillahi wainna ilaihi raji'un.......
Seorang ibu beriman yang mempunyai banyak "anak" akan wajib "masuk surga" karena sudah mendapatkan pahala yang begitu besar yaitu pahala waktu hamil, waktu melahirkan dan waktu menyusui. Demikian pula bagi orang tua yang "anak"nya "meninggal dunia" pada waktu masih "bayi" atau "sebelum baligh", Allah memperkenankan "anak" itu untuk mengajak orang tuanya me"masuk"i "surga"NYA.
Keutamaan "Anak" Kecil Yang "Meninggal Dunia Sebelum Baligh":
1.Akan langsung "masuk surga".
2.Akan bisa menolong orang tuanya kalau orang tuanya orang beriman.
3.Jadi pelayan penduduk "surga" sebagaimana berlian yang disebar
2.Akan bisa menolong orang tuanya kalau orang tuanya orang beriman.
3.Jadi pelayan penduduk "surga" sebagaimana berlian yang disebar
"Bayi Meninggal" Menolong Orang Tuanya
"Bayi"
itu dilahirkan suci dan bersih. Kelak di alam mahsyar, ia menjadi
penolong bagi kedua orang tuanya. Namun perlu diingat, "anak" itu hanya
bisa menolong orang tuanya kalau mereka masih berada dalam jalan Islam.
Kalau mereka sudah menyimpang dari jalan Islam atau berbagai peraturan
yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-NYA, pertolongan itu akan batal
dengan sendirinya.
Contoh, orang tuanya telah meninggalkan shalat lima waktu hingga ajalnya tiba. Lebih-lebih mereka dengan kekayaannya yang berlimpah tidak mau menjalankan ibadah haji. Sekali lagi, "anak" tersebut hanya bisa menolong orang tuanya, sebatas jika orang tuanya juga mentaati perintah Allah dan Rasul-NYA. Orang yang ditinggalkan tidaklah wajib menahlilkan. Jadi, ditahlilkan boleh, tidak juga tidak apa-apa. Sebab "anak" itu suci, langsung "masuk surga".
Yang dimaksud dengan "bayi" atau "anak" kecil adalah "anak" yang "belum baligh". Batasannya mungkin sekitar 10 tahun. Sedang dalam ilmu fikih, yang disebut "belum baligh", bagi perempuan "sebelum" haid, dan bagi lelaki "belum" pernah mengalami ihtilam (mimpi basah).
Apa yang anda rasakan ketika "anak", orang tua,
saudara atau kerabat dekat Anda tiba-tiba saja dipanggil oleh sang
Khaliq? Tentu sedih dan mungkin putus asa karena kehilangan seseorang
yang kita sayangi dan bahkan menjadi tumpuan hidup kita. Kehilangan
orang tercinta memang sungguh menyedihkan tapi taukah anda, ada berkah
di balik setiap peristiwa, pun kematian tentu jika kita mampu
menyikapinya secara bijak, penuh kesabaran dan keikhlasan.
”Innalillahi wa inna ilaihi raji’un” Sesungguhnya kita ini adalah milik Allah, dan pasti kita akan kembali kepada pemilik kita, Allah SWT.
Nah, ada kabar gembira bagi orang tua yang ditinggal mati oleh "anak"nya , apa itu?.
Baiklan, coba kita dengarlah sabda Rasulullah SAW. berikut ini: ’Diriwayatkan dari Anas ra, dia berkata : ”Rasulullah SAW. bersabda, tidaklah seorang muslim kematian tiga "anak"nya yang "belum baligh", kecuali, Allah pasti akan me"masuk"kannya ke dalam "surga" berkat kasih sayang-Nya kepada "anak"-"anak"nya tersebut, ”(HR Bukhori muslim).
Ada beberapa hal yang mesti diketahui oleh orang tua pun kita, agar kematian tersebut bisa menjadi berkah dan mengantarkan kita menuju "surga" Allah. Diantaranya, adalah sebagai berikut:
1. Sabar Dan Ikhlas
Orang tua mesti sabar dan ikhlas menerima kepergian sang "anak", tidak meratapi kepergiannya secara berlebihan boleh menangis dan bersedih asal tidak berlarut-larut sehingga dapat menimbulkan keburukan bagi kesehatannya.
2. Sadar dan memuja Allah
Yaitu dengan mengucapkan kalimat istirja (innaa lillahi wa inna ilaihi raji'un) dan merenungi kandungan maknanya. Kita, "anak" kita, dan segala sesuatu yang ada di sekitar kita semuanya adalah milik Allah. "Anak" adalah amanah, titipan dari Allah, yang mesti kita jaga dan pelihara dengan sebaik-baiknya. Karena "anak" ibarat barang titipan tentu suatu saat jika sang pemilik akan mengambil kembali miliknya tersebut kita harus berlapang dada menyerahkan barang titipan tersebut kepada sang pemilik
3. Mengharap pahala atas kematian sang "anak".
Kematian seorang "anak" bukanlah suatu musibah melainkan himpunan berkah yang mesti dipetik oleh orang yang ditinggalkan. Orang tua semestinyalah memohon pahala dan keberkahan dari peristiwa tersebut, maka dengan senang hati Allah akan melimpahkan banyak kebaikan dan pahala kepada hambanya yang meminta dengan setulus hati.
Nah, bukankah hal ini merupakan kabar gembira bagi orang tua yang ditinggal mati oleh "anak"-"anak"nya yang "belum baligh" dan janji Allah tersebut merupakan bukti karunia dan kemurahan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dan jika pun mendatangi neraka, itu hanya bagian dari janji Allah yang telah menjadi ketetapannya.
Lho, menetapi janji apa? mungkin saudara bertanya-tanya akan hal ini. Janji ini berkaitan dengan firman Allah dalam surat Maryam (19): 71 ”dan tidak seorang pun dari kalian, melainkan dia pasti mendatangi neraka itu ”.
Belum jelas? Maksud mendatangi disini adalah menyeberanginya di atas shiraat, yaitu sebuah jembatan yang dibentengkan di atas neraka jahanam, bukanlah untuk mencapai pintu "surga", seorang hamba mesti melewati jembatan tersebut? Dan ketahuilah wahai para orang tua, "anak"-"anak" anda yang telah "meninggal"kan anda terlebih dahulu tersebut, kelak akan menunggu anda di pintu "surga" tersebut.
”Innalillahi wa inna ilaihi raji’un” Sesungguhnya kita ini adalah milik Allah, dan pasti kita akan kembali kepada pemilik kita, Allah SWT.
Nah, ada kabar gembira bagi orang tua yang ditinggal mati oleh "anak"nya , apa itu?.
Baiklan, coba kita dengarlah sabda Rasulullah SAW. berikut ini: ’Diriwayatkan dari Anas ra, dia berkata : ”Rasulullah SAW. bersabda, tidaklah seorang muslim kematian tiga "anak"nya yang "belum baligh", kecuali, Allah pasti akan me"masuk"kannya ke dalam "surga" berkat kasih sayang-Nya kepada "anak"-"anak"nya tersebut, ”(HR Bukhori muslim).
Ada beberapa hal yang mesti diketahui oleh orang tua pun kita, agar kematian tersebut bisa menjadi berkah dan mengantarkan kita menuju "surga" Allah. Diantaranya, adalah sebagai berikut:
1. Sabar Dan Ikhlas
Orang tua mesti sabar dan ikhlas menerima kepergian sang "anak", tidak meratapi kepergiannya secara berlebihan boleh menangis dan bersedih asal tidak berlarut-larut sehingga dapat menimbulkan keburukan bagi kesehatannya.
2. Sadar dan memuja Allah
Yaitu dengan mengucapkan kalimat istirja (innaa lillahi wa inna ilaihi raji'un) dan merenungi kandungan maknanya. Kita, "anak" kita, dan segala sesuatu yang ada di sekitar kita semuanya adalah milik Allah. "Anak" adalah amanah, titipan dari Allah, yang mesti kita jaga dan pelihara dengan sebaik-baiknya. Karena "anak" ibarat barang titipan tentu suatu saat jika sang pemilik akan mengambil kembali miliknya tersebut kita harus berlapang dada menyerahkan barang titipan tersebut kepada sang pemilik
3. Mengharap pahala atas kematian sang "anak".
Kematian seorang "anak" bukanlah suatu musibah melainkan himpunan berkah yang mesti dipetik oleh orang yang ditinggalkan. Orang tua semestinyalah memohon pahala dan keberkahan dari peristiwa tersebut, maka dengan senang hati Allah akan melimpahkan banyak kebaikan dan pahala kepada hambanya yang meminta dengan setulus hati.
Nah, bukankah hal ini merupakan kabar gembira bagi orang tua yang ditinggal mati oleh "anak"-"anak"nya yang "belum baligh" dan janji Allah tersebut merupakan bukti karunia dan kemurahan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dan jika pun mendatangi neraka, itu hanya bagian dari janji Allah yang telah menjadi ketetapannya.
Lho, menetapi janji apa? mungkin saudara bertanya-tanya akan hal ini. Janji ini berkaitan dengan firman Allah dalam surat Maryam (19): 71 ”dan tidak seorang pun dari kalian, melainkan dia pasti mendatangi neraka itu ”.
Belum jelas? Maksud mendatangi disini adalah menyeberanginya di atas shiraat, yaitu sebuah jembatan yang dibentengkan di atas neraka jahanam, bukanlah untuk mencapai pintu "surga", seorang hamba mesti melewati jembatan tersebut? Dan ketahuilah wahai para orang tua, "anak"-"anak" anda yang telah "meninggal"kan anda terlebih dahulu tersebut, kelak akan menunggu anda di pintu "surga" tersebut.
Sebuah Hadits menjelaskan bahwa, Rasullulah SAW bersabda yang artinya: “Ketika aku mi'raj ke langit,
tiba-tiba aku mendengar suara kanak-kanak. Aku bertanya : “Wahai Jibril,
siapakah mereka itu?” Jibril menjawab: “Mereka adalah "anak" cucu orang
Islam yang "meninggal dunia sebelum baligh". Mereka itu diasuh oleh Nabi
Ibrahim AS sampai orang tuanya datang.” (HR. Abu Daud)
"Anak"-"anak" orang Islam yang "meninggal dunia" pada waktu kecil, di alam
Barzakh dia dikumpulkan pada suatu tempat di bawah penjagaan Nabi
Ibrahim as. Setelah kiamat tiba, mereka langsung dipindahkan ke dalam
"surga". Jadi mereka tidak melalui Mahsyar, Hisab, Mizan dan sebagainya.
Sabda Rasullullah SAW yang artinya: “Tiap-tiap "anak" orang Islam
yang mati "sebelum baligh" akan dimasukkan ke dalam "surga" dengan rahmat
Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Setelah dipindahkan ke dalam "surga", maka "anak"-"anak" kecil ini lupa
kepada kehidupan dunia. Mereka lupa kedua ibu bapanya, lupa kepada
kampung halamannya dan sebagainya.
Tiba-tiba pada suatu hari, ketika mereka sedang bermain-main
menikmati kesenangan "surga", maka ada malaikat yang memberitahukannya:
“Wahai Wildan, lupakah kamu kepada kedua orang tuamu? Sekarang mereka
sudah berada di pintu "surga". “Ketika itulah baru mereka tahu dan ingat
kembali kepada ayah bunda mereka yang selama ini mereka lupakan.
Mendengar apa yang dikatakan oleh malaikat itu, dalam keadaan
menangis dan membawa air dengan segera mereka berlari menuju ke pintu "surga". Sesampainya di sana, mereka melihat Hurul-aini sedang tegak
berbaris sepanjang jalan dengan memakai pakaian dan perhiasan yang serba
indah.
Setelah pintu "surga" terbuka, dengan diiringi nyanyian merdu
Hurul-aini, maka orang-orang pun berebut "masuk" ke dalamnya, dan ketika
itulah "anak"-"anak" kecil ini sibuk mencari kedua ibu bapanya. Mereka
mencari ke sana ke mari, tetapi tidak berjumpa. Sambil menangis dan
memegang air di tangan maka pergilah mereka kepada malaikat serta
bertanya: “Wahai malaikat, mana ayah dan ibu kami?”
Menjawab malaikat: Wahai Wildan, sungguh malang nasib kamu, kedua
orang tua kamu terjatuh ke dalam neraka.” Mendengar ungkapan yang
demikian itu, maka "anak" kecil tadi menangis sejadi-jadinya, menangis
menghiba dengan ratapan yang menyayat hati: “Wahai ibuku, wahai
ayahku,apakah kesalahanmu, apakah dosamu sehingga kamu terjatuh ke dalam
neraka? Begitulah ratapan mereka.
Berkata Malaikat: “Wahai wildan jangan menangis, pergilah kamu
memohon bantuan kepada Nabi Muhammad SAW.” Setelah "anak" kecil ini
mengadu kepada Nabi Muhammad SAW, maka Nabi Muhammad pun mengangkat
kedua tangannya berdoa, lalu dikeluarkanlah orang-orang mukmin yang
berada dalam neraka itu. Inilah syafaat Nabi Muhammad SAW yang ketiga di
akhirat.
Petama pada waktu ditimbang antara dosa dan pahala, yang kedua
pada waktu meniti Shiratul Mustaqim yang ketiga ketika mengeluarkan
orang dari dalam neraka. Maka ketika itu bertemulah antara "anak"-"anak"
kecil tadi dengan kedua orang tuanya dengan perasaan gembira.
Firman Allah SWT yang artinya : “Pada hari itu mereka berjumpa dengan perasaan gembira. ” (Ad-Dahr: 11)
Menurut Hadist Qudsi:
Allah SWT berfirman pada hari kiamat pada "anak"-"anak":
“Masuklah kalian ke dalam "surga".”
“Masuklah kalian ke dalam "surga".”
"Anak"-"anak" itu berkata:
“Ya Rabbi, kami menunggu hingga Ayah Ibu kami "masuk".”
“Ya Rabbi, kami menunggu hingga Ayah Ibu kami "masuk".”
Lalu mereka mendekati pintu "surga", tetapi tidak mau "masuk" ke dalamnya. Allah Berfirman lagi,
“Mengapa aku lihat mereka enggan "masuk"? "masuk"lah kalian ke dalam "surga"”
“Mengapa aku lihat mereka enggan "masuk"? "masuk"lah kalian ke dalam "surga"”
Mereka menjawab,
“Tetapi bagaimana dengan orang tua kami?”
“Tetapi bagaimana dengan orang tua kami?”
Allah pun berfirman,
“"masuk"lah kalian ke dalam "surga" bersama orang tua kalian.”
“"masuk"lah kalian ke dalam "surga" bersama orang tua kalian.”
(Hadis Qudsi Riwayat Ahmad dari Syurahbil Bin Syuaah yang bersumberkan dari sahabat Nabi SAW)
Istilah “al-wildan” dalam Hadits Qudsi diatas adalah kata jama
mufradnya (kata tunggalnya) adalah “al-walid”, artinya "anak" yang baru
dilahirkan, yaitu bayi atau "anak" kecil yang belum akil "baligh". Jadi
maksudnya ialah "anak" kecil yang "meninggal dunia". Hal itu diterangkan
dalam Hadits lain yang diriwayatkan.
Matahari diciptakan kembali dan diletakkan di atas mereka pada jarak
satu mil, sehingga mereka selain berdesak-desakan dan berjubel-jubel
(kaki diinjak oleh seribu kaki-kaki diatasnya), juga dibakar oleh
panasnya matahari, berkeringat, lapar, haus dahaga tidak terperikan
siksanya.
Ketika mereka mengalami lapar dan haus itulah "anak"-"anak" yang tadinya
"meninggal" selagi masih kecil dan dilepas oleh orang tuanya dengan sabar
dan tawakal, datang kepada orang tuanya masing-masing dengan membawa
segelas air untuk diminum, dan apabila sudah diminum, tidak akan lapar
dan dahaga lagi selama di alam Mahsyar itu. Demikian menurut beberapa
Hadits.
Mulai hisab dengan menerima buku catatan harian masing-masing yang selama hidupnya dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid.
Dilakukan mizan (penilaian timbangan) terhadap segala macam amalan setiap orang, kecuali orang-orang "masuk surga" tanpa hisab.
Meniti shirat yang harus dilalui oleh keseluruhan yang ada di
padang Mahsyar itu. Meniti shirat yang kedua bagi mereka yang telah
selamat menitishirat yang pertama.
Pada saat itulah Allah memerintahkan kepada "anak"-"anak" (yang tadinya
"meninggal dunia" selagi belum akil "baligh") untuk me"masuk"i "surga". Tetapi
mereka memohon syafaat (pertolongan) kepada Allah agar kiranya dapat
"masuk surga" bersama orang tua mereka. Memang mereka juga penuhi perintah
Allah, untuk datang mendekati pintu "surga", tapi masih belum mau
me"masuk"inya, sehingga Allah Yang Maha Mengetahui bertanya lagi:
“Mengapa Aku lihat "anak"-"anak" itu masih saja belum "masuk syurga"? "Masuk"lah kalian ke dalam "surga" itu”.
Pada saat itu mereka mengulangi permohonannya bagi orang tua mereka.
“Kami belum mau "masuk", sebelum orang tua kami yang menjadi asal pokok
kami, dan ibu-ibu kami yang telah mengandung kami sembilan bulan dan
kemudian membesarkan kami "masuk" juga bersama kami”.
Demikianlah mereka berhenti dekat pintu "surga", menunggu keputusan
Allah SWT dengan penuh harapan. Akhirnya putusan yang dinanti-nantikan
itu datang dengan segera, dengan firman Allah Yang Maha Mengetahui:
"Masuk"lah kalian ke dalam "surga" bersama orang tua kalian”.
Penegasan ini oleh Allah kira-kira dimaksudkan untuk menampakkan
betapa besar keutamaan "anak"-"anak" dan betapa besar pula pengaruh ridla
qadla dan qadar Allah, sabar dan puji syukur kehadirat-Nya.
Ya Allah.... Ya Tuhanku.....
Aku ikhlas dan ridha, Engkau telah mengambil "anak"ku "Isa Anja Asmara Bungin". Semoga kelak.... Allah mempertemukan aku dengan "anak"-"anak"ku dan seluruh anggota keluargaku di "surga"MU....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar