Sungguh berbeda Allah
Subhanahu Wa Ta’ala dengan
makhluk-Nya. Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Lihatlah manusia,
ketika ada orang meminta sesuatu darinya ia merasa kesal dan berat hati.
Sedangkan Allah
Ta’ala mencintai hamba yang meminta kepada-Nya. Sebagaimana perkataan seorang penyair:
الله يغضب إن تركت سؤاله وبني آدم حين يسأل يغضب
“
Allah murka pada orang yang enggan meminta kepada-Nya, sedangkan manusia ketika diminta ia marah”
Ya, Allah mencintai hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan karena
cinta-Nya Allah memberi ‘bonus’ berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya
yang berdoa. Allah
Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits
qudsi:
يا ابن آدم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان منك ولا أبالي
“
Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni dosamu dan tidak aku pedulikan lagi dosamu” (HR. At Tirmidzi, ia berkata: ‘Hadits hasan shahih’)
Sungguh Allah memahami keadaan manusia yang lemah dan senantiasa
membutuhkan akan Rahmat-Nya. Manusia tidak pernah lepas dari keinginan,
yang baik maupun yang buruk. Bahkan jika seseorang menuliskan segala
keinginannya dikertas, entah berapa lembar akan terpakai.
Maka kita tidak perlu heran jika Allah Ta’ala melaknat orang yang enggan berdoa kepada-Nya. Orang yang demikian oleh Allah
‘Azza Wa Jalla disebut sebagai hamba yang sombong dan diancam dengan neraka Jahannam. Allah
Ta’ala berfirman:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“
Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh
orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku,
akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)
Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah Maha Pemurah terhadap
hamba-Nya, karena hamba-Nya diperintahkan berdoa secara langsung kepada
Allah tanpa melalui perantara dan dijamin akan dikabulkan. Sungguh
Engkau Maha Pemurah Ya Rabb…
Berdoa Di Waktu Yang Tepat
Diantara usaha yang bisa kita upayakan agar doa kita dikabulkan oleh Allah
Ta’ala adalah
dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah
bahwa doa ketika waktu-waktu tersebut dikabulkan. Diantara waktu-waktu
tersebut adalah:
1. Ketika sahur atau sepertiga malam terakhir
Allah
Ta’ala mencintai hamba-Nya yang berdoa disepertiga malam yang terakhir. Allah
Ta’ala berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, salah satunya:
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُون
“
Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz Dzariyat: 18)
Sepertiga malam yang paling akhir adalah waktu yang penuh berkah, sebab pada saat itu Rabb kita
Subhanahu Wa Ta’ala turun ke langit dunia dan mengabulkan setiap doa hamba-Nya yang berdoa ketika itu. Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam:
ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء
الدنيا ، حين يبقى ثلث الليل الآخر، يقول : من يدعوني فأستجيب له ، من
يسألني فأعطيه ، من يستغفرني فأغفر له
“
Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir
pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku
akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan,
orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
Namun perlu dicatat, sifat ‘turun’ dalam hadits ini jangan sampai membuat kita membayangkan Allah
Ta’ala
turun sebagaimana manusia turun dari suatu tempat ke tempat lain.
Karena tentu berbeda. Yang penting kita mengimani bahwa Allah
Ta’ala turun ke langit dunia, karena yang berkata demikian adalah Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam diberi julukan
Ash shadiqul Mashduq (orang jujur yang diotentikasi kebenarannya oleh Allah), tanpa perlu mempertanyakan dan membayangkan bagaimana caranya.
Dari hadits ini jelas bahwa sepertiga malam yang akhir adalah waktu
yang dianjurkan untuk memperbanyak berdoa. Lebih lagi di bulan Ramadhan,
bangun di sepertiga malam akhir bukanlah hal yang berat lagi karena
bersamaan dengan waktu makan
sahur. Oleh karena itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu tersebut untuk berdoa.
2. Ketika berbuka puasa
Waktu berbuka puasa pun merupakan waktu yang penuh keberkahan, karena
diwaktu ini manusia merasakan salah satu kebahagiaan ibadah puasa,
yaitu diperbolehkannya makan dan minum setelah seharian menahannya,
sebagaimana hadits:
للصائم فرحتان : فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه
“
Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika
berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak” (HR. Muslim, no.1151)
Keberkahan lain di waktu berbuka puasa adalah dikabulkannya doa orang yang telah berpuasa, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam:
ثلاث لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل و المظلوم
‘”
Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa
ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang
terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di
Shahih At Tirmidzi)
Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan baik ini untuk memohon
apa saja yang termasuk kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Namun perlu
diketahui, terdapat doa yang dianjurkan untuk diucapkan ketika berbuka
puasa, yaitu
doa berbuka puasa. Sebagaimana hadits
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
“
Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
/Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/
(‘Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah’)” (HR. Abu Daud no.2357, Ad Daruquthni 2/401, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di
Hidayatur Ruwah, 2/232)
Adapun doa yang tersebar di masyarakat dengan lafazh berikut:
اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين
adalah
hadits palsu, atau dengan kata lain, ini
bukanlah hadits. Tidak terdapat di kitab hadits manapun. Sehingga kita
tidak boleh meyakini doa ini sebagai hadits Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam.
Oleh karena itu, doa dengan lafazh ini dihukumi sama seperti ucapan
orang biasa seperti saya dan anda. Sama kedudukannya seperti kita berdoa
dengan kata-kata sendiri. Sehingga doa ini tidak boleh dipopulerkan
apalagi dipatenkan sebagai doa berbuka puasa.
Memang ada hadits tentang doa berbuka puasa dengan lafazh yang mirip dengan doa tersebut, semisal:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال : اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل مني إنك أنت السميع العليم
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka membaca doa:
Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim”
Dalam
Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341), dinukil perkataan Ibnu Hajar Al Asqalani: “Hadits ini
gharib, dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga di-
dhaif-kan oleh Al Albani di
Dhaif Al Jami’ (4350). Atau doa-doa yang lafazh-nya semisal hadits ini semuanya berkisar antara hadits
dhaif atau
munkar.
3. Ketika malam lailatul qadar
Malam
lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al Qur’an. Malam ini lebih utama dari 1000 bulan. Sebagaimana firmanAllah
Ta’ala:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“
Malam Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)
Pada malam ini dianjurkan memperbanyak ibadah termasuk memperbanyak doa. Sebagaimana yang diceritakan oleh
Ummul Mu’minin Aisyah
Radhiallahu’anha:
قلت يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها قال قولي اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني
“Aku bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang
sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan malam Lailatul Qadar? Beliau
bersabda:
Berdoalah:
اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni [‘
Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku”]”(HR. Tirmidzi, 3513, Ibnu Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih”)
Pada hadits ini Ummul Mu’minin ‘Aisyah
Radhiallahu’anha meminta diajarkan ucapan yang sebaiknya diamalkan ketika malam Lailatul Qadar. Namun ternyata Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam
mengajarkan lafadz doa. Ini menunjukkan bahwa pada malam Lailatul Qadar
dianjurkan memperbanyak doa, terutama dengan lafadz yang diajarkan
tersebut.
4. Ketika adzan berkumandang
Selain dianjurkan untuk menjawab adzan dengan lafazh yang sama, saat adzan dikumandangkan pun termasuk waktu yang
mustajab untuk berdoa. Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“
Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil
kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang
berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam
Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
5. Di antara adzan dan iqamah
Waktu jeda antara adzan dan iqamah adalah juga merupakan waktu yang dianjurkan untuk berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam:
الدعاء لا يرد بين الأذان والإقامة
“
Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan Shahih”)
Dengan demikian jelaslah bahwa amalan yang dianjurkan antara adzan dan iqamah adalah berdoa, bukan
shalawatan, atau membaca
murattal dengan suara keras, misalnya dengan menggunakan mikrofon. Selain tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam, amalan-amalan tersebut dapat mengganggu orang yang berdzikir atau sedang shalat sunnah. Padahal Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
لا إن كلكم مناج ربه فلا يؤذين بعضكم بعضا ولا يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال في الصلاة
“
Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka
janganlah saling mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan
suara dalam membaca Al Qur’an,’ atau beliau berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud no.1332, Ahmad, 430, dishahihkan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di
Nata-ijul Afkar, 2/16).
Selain itu, orang yang
shalawatan atau membaca Al Qur’an dengan suara keras di waktu jeda ini, telah meninggalkan amalan yang di anjurkan oleh Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam,
yaitu berdoa. Padahal ini adalah kesempatan yang bagus untuk memohon
kepada Allah segala sesuatu yang ia inginkan. Sungguh merugi jika ia
melewatkannya.
6. Ketika sedang sujud dalam shalat
Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد . فأكثروا الدعا
“
Seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu” (HR. Muslim, no.482)
7. Ketika sebelum salam pada shalat wajib
Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
قيل يا رسول الله صلى الله عليه وسلم أي الدعاء أسمع قال جوف الليل الآخر ودبر الصلوات المكتوبات
“
Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar
oleh Allah? Beliau bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam
Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam. Dan tidak terdapat riwayat bahwa Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat merutinkan berdoa meminta sesuatu setelah salam pada
shalat wajib. Ahli fiqih masa kini, Syaikh Ibnu Utsaimin
Rahimahullah berkata: “Apakah berdoa setelah shalat itu disyariatkan atau tidak? Jawabannya:
tidak disyariatkan. Karena Allah
Ta’ala berfirman:
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ
“
Jika engkau selesai shalat, berdzikirlah” (QS. An Nisa:
103). Allah berfirman ‘berdzikirlah’, bukan ‘berdoalah’. Maka setelah
shalat bukanlah waktu untuk berdoa, melainkan sebelum salam” (
Fatawa Ibnu Utsaimin, 15/216).
Namun sungguh disayangkan kebanyakan kaum muslimin merutinkan berdoa
meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib yang sebenarnya tidak
disyariatkan, kemudian justru meninggalkan waktu-waktu mustajab
yang disyariatkan yaitu diantara adzan dan iqamah, ketika adzan, ketika sujud dan sebelum salam.
8. Di hari Jum’at
Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم
الجمعة ، فقال : فيه ساعة ، لا يوافقها عبد مسلم ، وهو قائم يصلي ، يسأل
الله تعالى شيئا ، إلا أعطاه إياه . وأشار بيده يقللها
“
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari
Jumat kemudian beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika
seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’.
Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu
tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah
Radhiallahu’anhu)
Ibnu Hajar Al Asqalani dalam
Fathul Baari ketika menjelaskan
hadits ini beliau menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang
dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat.
Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum’at, berdasarkan hadits:
هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة
“
Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai” (HR. Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari
Radhiallahu’anhu).
Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.
Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:
يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد مسلم يسأل الله عز وجل شيئا إلا أتاه الله عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر
“
Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim
meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan.
Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” (HR. Abu Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah
Radhiallahu’anhu. Dishahihkan Al Albani di
Shahih Abi Daud). Pendapat ini dipilih oleh At Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.
Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun
diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini didasari oleh riwayat dari Abi
Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani menguatkan
pendapat ini.
Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu
Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil
Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua
waktu yang disebutkan”. Dengan demikian seseorang akan lebih
memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak pada beberapa waktu tertentu
saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu ‘Abdil Barr.
9. Ketika turun hujan
Hujan adalah nikmat Allah
Ta’ala. Oleh karena itu tidak
boleh mencelanya. Sebagian orang merasa jengkel dengan turunnya hujan,
padahal yang menurunkan hujan tidak lain adalah Allah Ta’ala. Oleh
karena itu, daripada tenggelam dalam rasa jengkel lebih baik
memanfaatkan waktu hujan untuk berdoa memohon apa yang diinginkan kepada
Allah
Ta’ala:
ثنتان ما تردان : الدعاء عند النداء ، و تحت المطر
“
Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di
Shahih Al Jami’, 3078)
10. Hari Rabu antara Dzuhur dan Ashar
Sunnah ini belum diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin, yaitu
dikabulkannya doa diantara shalat Zhuhur dan Ashar dihari Rabu. Ini
diceritakan oleh Jabir bin Abdillah
Radhiallahu’anhu:
أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد
الفتح ثلاثا يوم الاثنين، ويوم الثلاثاء، ويوم الأربعاء، فاستُجيب له يوم
الأربعاء بين الصلاتين فعُرِفَ البِشْرُ في وجهه
قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة
“
Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berdoa di
Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu. Pada hari Rabu
lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari
kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara
penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk
berdoa,dan saya mendapati dikabulkannya doa saya‘”
Dalam riwayat lain:
فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر
“
Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Ahmad, no. 14603, Al Haitsami dalam
Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua perawinya
tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di
Shahih At Targhib, 1185)
11. Ketika Hari Arafah
Hari Arafah adalah hari ketika para jama’ah haji melakukan wukuf di
Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari tersebut dianjurkan
memperbanyak doa, baik bagi jama’ah haji maupun bagi seluruh kaum
muslimin yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Sebab Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خير الدعاء دعاء يوم عرفة
“
Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi, 3585. Di shahihkan Al Albani dalam
Shahih At Tirmidzi)
12. Ketika Perang Berkecamuk
Salah satu keutamaan pergi ke medan perang dalam rangka berjihad di
jalan Allah adalah doa dari orang yang berperang di jalan Allah ketika
perang sedang berkecamuk, diijabah oleh Allah Ta’ala. Dalilnya adalah
hadits yang sudah disebutkan di atas:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“
Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil
kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang
berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam
Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
13. Ketika Meminum Air Zam-zam
Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ماء زمزم لما شرب له
“
Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al Albani dalam
Shahih Ibni Majah, 2502)
Demikian uraian mengenai waktu-waktu yang paling dianjurkan untuk
berdoa. Mudah-mudahan Allah Ta’ala mengabulkan doa-doa kita dan menerima
amal ibadah kita.
Amiin Ya Mujiibas Sa’iliin